Pusing setelah pensiun, mau menggeluti bisnis? Masih juga cari-cari
peluang dan sulit cari alternatif bisnis yang pas. Tengoklah ke desa,
ada banyak peluang yang ada di sana. Mau beternak sapi, kerbau, atau
kambing, atau ayam. Banyak pilihan tinggal disesuikan dengan keinginan
dan hasil yang diinginkan.
Risiko Rendah Hasil Tinggi
Biasanya, yang menghasilkan return margin tinggi adalah bisnis yang
memiliki risiko yang tinggi. Tetapi beternak sapi, tergolong bisnis yang
memiliki risiko rendah tetapi memiliki hasil dan prospek margin yang
tinggi.
Penulis mencoba menghitung pola pemberdayaan masyarakat di Desa
Mojodadi, Kecamatan Pungging, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur yang
sebagian besar masyarakatnya beternak sapi pedaging.
Di kawasan ini, usaha bidang peternakan rakyat, khususnya bisnis
pemeliharan sapi tumbuh baik dan memberikan hasil yang sangat
menggembirakan, dan dapat mensejahterakan masyarakatnya. Selain
masyarakat telah terbiasa dan turun temurun memelihara ternak untuk
kegiatan usaha, pembinaan dan pengawasan yang tepat, beternak sapi tetap
memberikan prospek keuntungan yang tinggi
Bapak Sumali ini, misalnya. Ia adalah peternak sapi, dan juga
bertani. Ia memiliki 4 ekor sapi, dengan rata-rata laba hasil penjualan
dari pemeliharaan selama 6 bulan mencapai Rp1 juta per ekornya.
Biasanya dalam kurun waktu 6 bulan para peternak membeli sapi
bakalan, kemudian menjualnya kembali dalam waktu enam bulan mendatang.
Jumlah sapi yang diternakkan oleh masyarakat di desa ini tergantung
kemampuan masing-masing petani. Tetapi ada sebagian masyarakat yang
menginvestasikan uangnya untuk bermitra dengan peternak di desa ini
dengan system pembagian keuntungan bagi hasil.
Pemerintah Kabupaten Mojokerto, melalui Dinas membantu masyarakat dan
peternak mengembangkan usahanya dengan berbagai kegiatan dan program,
di antaranya dengan melakukan pemeriksaan kesehatan hewan ternak,
pemeriksaan kebuntingan gratis serta konsultasi lainnya.
Seperti terlihat dan terjadi beberapa waktu lalu, saat dilakukan
pemeriksaan kebuntingan hewan ternak yang dilaksanakan di
Mojodadi, Kecamatan Pungging, Kabupaten Mojokerto.
“Warga sangat antusias dan senang dengan kegiatan yang sangat
mendukung usaha peternak ini,” ujar Maji, warga setempat yang memiliki 4
ekor sapi ini.
Jika warga antusias berbisnis, dan pemerintah mau mendukungnya,
niscaya kesejahteraan warga hanya tunggu waktu.
Peternakan Kita : Siapa Mau Berpihak
Beternak sapi sesungguhnya adalah bisnis yang sangat prospek di
Indonesia. Harga daging sapi di Indonesia terus meningkat, dan tidak
pernah turun harganya, tetapi sayangnya kesejahteraan peternak tidak
kunjung tiba. Data lain yang disajikan ini pasti mengejutkan anda.
Indonesia yang kaya akan rumput, ternyata hanya memiliki populasi
sebanyak 10,4 juta sapi setiap tahun sehingga tidak mampu memenuhi
kebutuhan daging sapi untuk 230 juta lebih masyarakatnya. Setiap
tahunnya Indonesia harus mengimpor daging dan sapi hidup atau setara
650.000 ekor sapi.
Jika saja pemerintah mau berpihak kepada petani dan peternak untuk
mau mengembangkan usaha peternakan sapi sebagai entitas bisnis, sangat
mungkin masyarakat pedesaan dapat meningkatkan penghasilannya.
(Oleh Isdiyanah & Budi Harto Spi.)
Sapi merupakan
hewan pemakan rumput yang merubah bahan gizi rendah (rumput) menjadi
bahan gizi tinggi (daging). Merupakan sumberdaya bernilai ekonomi
tinggi. Kebutuhan meningkat sejalan kesadaran masyarakat terhadap
pentingnya gizi. Pemeliharaan saat ini beralih dari ekstensif ke
intensif.
Sedikitnya ada 3 masalah pembangunan peternakan:
penyediaan pakan, kualitas pakan dan sumber pakan. Pengembangan sapi
potong dilakukan melalui 3 pendekatan yaitu: (1) Pendekatan teknis;
dengan cara inseminasi buatan, perbaikan pakan, penanaman hijauan
makanan ternak (HMT), teknologi pemanfaatan dan pengolahan limbah
pertanian/perkebunan, penyebaran ternak, vaksinasi, peningkatan mutu
genetis pejantan, kapasitas tampung lahan, pemberian pakan tambahan. (2)
Pendekatan terpadu; peningkatan produksi melalui intensifikasi dan
pembinaan masal tentang teknologi produksi, sosial dan ekonomi. (3)
Pendekatan agribisnis; dilakukan secara produktif dan efisien
menghasilkan produk peternakan yang memiliki nilai tambah dan daya saing
tinggi.
Pemeliharaan Sapi Potong
Usaha
pemeliharaan sapi saat ini bertujuan untuk penggemukan (fattening) dan
pembibitan (reproduksi). Sistem pemeliharaan untuk tujuan penggemukan
dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu :
1. Penggemukan dry lot
fattening, cara penggemukan dengan pemberian pakan penguat yang terdiri
dari : biji-bijian, jagung serta hasil ikutan produk pertanian seperti
katul, bungkil kelapa dan bungkil kacang. Pada pola ini ternak
dikandangkan terus menerus
2. Penggemukan pasture fattening, cara
penggemukan dengan cara melepas ternak di padang penggembalaan
3.
Penggemukan campuran, merupakan perpaduan antara dry lot fattening dan
pasture fattening. Selain digembalakan juga diberi pakan penguat
(konsentrat).
Jenis Ternak Sapi Potong
Jenis sapi potong yang sudah dikenal di Indonesia antara lain : sapi
tropis (sapi Madura, Bali, Ongole dan Brahman), sapi subtropis
(Simental, Limousin, Shorthorn, Hereford, Charolais, Aberdeen Angus) dan
sapi persilangan (Brahman Cross). Sapi potong memiliki ciri seperti
tubuh berbentuk persegi empat/balok, kualitas daging maksimum, laju
pertumbuhan cepat, cepat dewasa dan efesiensi pakan tinggi.
Pemilihan
Bibit/Bakalan Sapi Potong
Keberhasilan budidaya sapi
potong sangat tergantung pada pemilihan bibit dan pemeliharaan yang
baik. Bakalan untuk penggemukkan umumnya jantan. Bibit harus sehat,
tidak cacat, dada dalam dan lebar, tidak kurus, mempunyai perimbangan
tubuh yang harmonis, untuk pejantan mempunyai testis yang normal dan
berumur setidaknya 2 tahun (sudah siap bereproduksi) dengan bobot badan
sekitar 250-300 kg (sapi PO).
Pemilihan Lokasi dan
Konstruksi Kandang
Lokasi kandang harus strategis, dekat
dengan lokasi pertanian dan perkebunan agar terjalin integrasi
tanaman-ternak, cukup jauh (± 50 m) dari pemukiman, memiliki sumber air
bersih dan dekat dengan jalan. Konstruksi kandang harus kuat, luasan
memenuhi syarat, sirkulasi udara dan sinar matahari cukup, drainase
limbah baik, mudah dibersihkan, lantai rata, tidak licin, tidak kasar,
mudah kering, tahan injak, terdapat tempat pakan dan minum.
Ada 2
tipe kandang : (1) Kandang koloni; terdiri dari satu ruangan untuk
memelihara ternak dalam jumlah banyak. Kandang seukuran 7 x 9 m dapat
menampung 20 ekor sapi. (2) Kandang tunggal; terdiri dari satu ruangan,
digunakan untuk memelihara satu ekor ternak. Kandang seukuran 2,25 x 1 m
atau 3,75 m2/ekor
Pakan Ternak Sapi
Dalam
usaha budidaya ternak, hewan ternak membutuhkan zat makanan yang
mengandung protein dan energi. Pakan ternak ruminansia meliputi hijauan
rumput-rumputan sebagai sumber energi dan hijauan leguminosa sebagai
sumber protein serta dapat disertakan pakan tambahan konsentrat.
Kebutuhan kebutuhan hijauan segar 10% dari bobot badan, sedangkan pakan
konsentrat sebanyak 1–2 % dari bobot badan. Konsentrat merupakan pakan
tambahan yang mempunyai kadar serat rendah dan kadar energi tinggi.
Hijauan rumput yang biasa dijadikan pakan ternak seperti rumput alam,
rumput gajah (Pennisetum purpureum), rumput setaria (Setaria
sphacelata), rumput benggala, rumput raja (Pennisetum purpureophoides).
Sedangkan jenis leguminosa seperti lamtoro (Leucaena leucocephala),
kaliandra (Calliandra calothyrsus Meissn), gamal (Gliricidia sepium),
turi (Sesbania grandiflora), albesia. Sisa hasil pertanian yang dapat
dijadikan sumber hijauan pakan ternak seperti jerami padi, daun dan
tongkol jagung, jerami kacang tanah. Jerami padi mempunyai kadar serat
yang tinggi dan kadar energi rendah sehingga nilai cernanya rendah.
Untuk itu diperlukan suatu perlakuan agar mudah dicerna yaitu dengan
proses fermentasi.
Produktivitas ternak ruminansia dapat diperbaiki
dengan memanfaatkan mikroorganisme / probiotik dalam pakan guna
meningkatkan kualitas pakan dan memperbaiki kondisi rumen. Ada dua cara
pengolahan hijauan pakan ternak yaitu melalui pengawetan dan melalui
teknologi pengkayaan nutrisi (khusus untuk limbah hasil
pertanian/perkebunan).
Pengolahan Limbah Ternak
Di samping menghasilkan produk utama berupa daging, usaha peternakan
juga menghasilkan produk sampingan berupa limbah kotoran ternak (feses).
Setiap harinya, seekor sapi menghasilkan kotoran 10-15 kg. Pada
peternakan skala kecil mungkin hal ini tidak begitu berpengaruh karena
jumlahnya yang sedikit. Akan tetapi pada usaha peternakan skala besar
limbah dapat menimbulkan masalah bagi pelestarian lingkungan bila tidak
ditangani dengan benar. Karena itu, perlu dilakukan pengolahan limbah
secara tepat dan ramah lingkungan.
Selama ini, limbah ternak dapat
diolah untuk dijadikan kompos dan sebagai bahan baku penghasil biogas.
Dengan adanya pengolahan limbah ternak ini selain dapat mengatasi
masalah lingkungan juga dapat memberikan nilai tambah bagi peternak
karena mempunyai nilai ekonomis. Pembuatan kompos dapat mendukung
kegiatan pertanian untuk mengembalikan kesuburan lahan. Adapun pembuatan
biogas dapat dijadikan alternatif pengganti sumber energi yang tidak
dapat diperbaharui seperti bahan bakar fosil. Selain menghasilkan gas
metan, biogas juga menghasilkan pupuk organik padat dan pupuk organik
cair.
Penanganan Penyakit
Beberapa jenis
penyakit yang dapat menyerang pada sapi, yaitu :
a. Foot Root (kuku
busuk). Disebabkan oleh infeksi bakteri / kuman Fusobacterium
necrophorus dan Fusiformis nodosus pada daerah kuku. Pengobatan
dilakukan dengan cara membersihkan jaringan mati/busuk di kuku, kuku
dipotong sampai bagian sehat terlihat, kemudian direndam dalam cairan
desinfektan seperti formalin 10%, dan diperban
b. Septichaemia
Epizooticae (SE / ngorok). Penyakit ini menular akibat bakteri
Pasteurella multocida. Pencegahan dilakukan dengan vaksinasi dan
pengobatan dapat digunakan antibiotik streptomisin, teramisin atau
aeromisin.
c. Malighnant Catarrhal Fever (MCF/ingus jahat).
Disebabkan oleh virus herpes dan merupakan suatu penyakit infeksi.
Pengobatan belum ada, untuk mencegah infeksi sekunder dapat diberikan
antibiotik berspektrum luas, tidak menempatkan kandang ternak sapi dekat
dengan kandang domba.
d. Anthrax (radang limpa / cenang hideung).
Bersifat menular dan merupakan penyakit zoonosis yang disebabkan oleh
bakteri Bacillus anthracis. Pencegahan dilakukan di daerah yang pernah
terjadi penyakit dengan vaksinasi. Sedangkan pengobatan yang efektif
yaitu dengan memberikan antiserum homolog dan dapat juga dikombinasikan
dengan antibiotik penisilin atau streptomisin.
e. Penyakit Mulut dan
Kuku (PMK). Merupakan penyakit sangat menular pada hewan berkuku genap
yang disebabkan oleh virus. Pengendalian dapat dilakukan dengan
vaksinasi hewan-hewan rentan dan pengobatan dengan antibiotik dapat
diberikan untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder. (fn/mh/lb) www.suaramedia.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar