Tahun 2013 akan diwarnai dengan momen yang penting bagi masyarakat Sumatera Utara ,
yaitu pemilihan Kepala Daerah Gubernur Sumatera Utara. Partai-partai politik (parpol) saling bersaing
mengusung masing-masing calon agar bisa menembus kursi Gubernur .
Tak ayal, fungsi pemasaran sangat mereka butuhkan, dalam hal ini pemasaran
politik (political marketing).
Iklim demokrasi yang berkembang di Indonesia semenjak era reformasi
telah membuka kesempatan bagi berbagai partai politik untuk berkembang. Praktek
politik di Indonesia
sendiri telah berkembang sedemikian pesat dengan memanfaatkan aplikasi berbagai
disiplin ilmu manajemen seperti marketing. Hal ini didorong oleh heterogennya
masyarakat Indonesia
serta meningkatnya taraf ekonomi dan pendidikan masyarakat yang membuat partai
politik harus mengaplikasikan berbagai praktek marketing untuk dapat
bersentuhan dengan masyarakat.
Dari beberapa penelitian yang sudah dilakukan dalam
skala internasional yang diantaranya; penelitian yang dilakukan Stephan C. M.
Henneberg (2004) adalah bahasan marketing politik yang lebih mengupas tentang
teori.[1]
Kemudian Avraham Shama (1976) melakukan penelitian marketing politik yang lebih
mengacu pada bahasan tentang pemasaran kandidat politik.[2]
Begitupun dengan penelitian yang dilakukan dalam skala nasional, Asto S.
Subroto (2008) melakukan penelitian dengan poin bahasan tentang komunikasi
efektif dalam marketing politik, yang dilakukan oleh kandidat caleg pada saat
melakukan kampanye dalam pemilu legislatif.[3]
Contoh penerapan
marketing yang paling nyata di Indonesia
adalah positioning dalam kampanye politik. Mengingat keberagaman
masyarakat Indonesia ,
maka positioning seorang kandidat ataupun parpol harus dilakukan secara
berbeda untuk setiap segmen masyarakat yang berbeda. Pemahaman profil pemilih
atau calon pemilih di suatu wilayah menjadi sebuah keharusan bagi parpol untuk
bisa sukses. Pesan-pesan politik yang diangkat di satu wilayah harus
disesuaikan dengan situasi dan kondisi wilayah tersebut yang bisa jadi berbeda
dengan pesan yang diangkat di wilayah yang lain. Banyak hal yang dapat
mendukung kesuksesan kampanye politik di Indonesia , diantaranya adalah popularitas
dari seorang kandidat seperti artis yang terbukti cukup efektif sebagai
pendongkrak suara.
Pilkada Gubernur Sumatera Utara ini akan diwarnai dengan momen yang penting bagi segenap masyarakat Sumatera Utara . Partai-partai politik (parpol) saling bersaing
mengusung calon kepala daerah masing-masing agar bisa orang nomor satu di Sumatera Utara .
Tak ayal, fungsi pemasaran sangat mereka butuhkan, dalam hal ini pemasaran
politik (political marketing).
Untuk
mendukung strateginya, parpol harus melakukan serangkaian langkah yang lazim
dalam pemasaran bisnis dan tidak terpisahkan, yaitu segmentation, targeting,
dan positioning. Sebagai fokus, positioning merupakan upaya untuk membangun
citra produk sehingga tampak sangat jelas (distinct) di benak konsumen. Positioning
yang sukses dibangun dengan menawarkan manfaat (benefit) produk, alih-alih
fiturnya, dan mengomunikasikan unique selling proposition (USP) dari
produk. Tugas bagi parpol kemudian adalah
mengidentifikasi manfaat dan USP-nya.
Permasalahannya, kehadiran begitu banyak jumlah parpol, caleg, membuat banyak
calon pemilih kebingungan dalam memutuskan sosok-sosok yang akan dipilih dalam
pemilu kelak. Bagaimanapun juga, calon pemilih memiliki persepsinya
sendiri-sendiri terhadap barangan dagangan yang dijajakan oleh para parpol, caleg,
dan capres. Dalam hal citra partai dan pemimpin partainya,
Aktivitas Marketing dalam partai politik meliputi beberapa
hal, sebagai berikut[1]:
1.
Mendefinisikan masalah
Dalam
tahapan ini, Marketing harus melakukan penentuan masalah dan pencarian
fakta-fakta yang tengah tejadi:
a) Produk
politik apa yang akan ditawarkan
b) Apa
daya tariknya bagi khalayak sebagai pemilih
c) Segmen-segmen
apa saja yang akan dituju
d) Bagaiman
penyampaian produk tersebut secara efektif kepada khalayak/pemilih
e) Kapan
dan dimana akan diperkenalakan, apa keunggulan dibandingkan pesain, dimana saja
pemilih dapat diraih, dan faktor-faktor lingkungan apa yang menguntungkan dan
merugikan.
2.
Perencanaan dan programming
Setelah
melakukan tahapan penentuan masalah dan pencarian fakta, maka yang harus
dilakukan selanjutnya:
a. Pencapaian
apa yang diinginkan
b. Bagaimana tujuan aktivitas Public Relations dapat
mendukung sarana objektif marketing
c. Khalayak
mana yang menjadi sasaran
d. Apa
yang diketahui dan ingin diketahui tentang mereka
e. Bagaiman
cara berkomunikasi dengan mereka
f.
Apa yang dikehendaki dari mereka
g. Bagaiman
cara membujuk mereka
h. Apa
pesan umum dari strategi yang ingin dijalankan
3.
Penerapan dan pengkomunikasian
Tahapan
berikutnya yang harus dilakukan adalah bagaimana melakukannya:
a. Elemen-elemen
program apa yang dilakukan untuk meraih setiap kelompok sasaran pasar
b. Bagaimana
elemen-elemen tersebut diimplementasikan
c. Materi-materi apa yang dibutuhkan
d. Bagaimana
rencana medianya, schedule waktunya, dan pembiayaannya
e. Siapa
yang bertanggungjawab dalam pelaksanaan
f. Apakah
perlu merekrut tenaga profesional dan bagaiman merekrutnya
4.
Evaluasi program
Tahapan
final adalah evaluasi program, yaitu bagaimana efektifitas dari program yang
dikerjakan
a) Sejauh
mana sasaran yang dicapai
b) Apakah perlu dan sempat merubah program
c) Bagaimana masukan untuk masa mendatang
Secara tradisional konsep dan teori marketing
digunakan oleh suatu perusahaan untuk menjual barang dan jasa demi memperoleh
keuntungan. Tujuan utamanya adalah agar barang dan jasa lebih unggul dan kompetitif
dibandingkan dengan para pesaingnya13.
Sehingga semua peralatan, metode dan teori yang terdapat dalam ilmu marketing
diarahkan untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam keadaan ini, jumlah barang yang
dihasilkan di pasaran belum mampu memenuhi permintaan. Sehingga aktivitas marketingnya
diorientasikan ke dalam perusahaan (in-ward looking) yakni pada kualitas
fisik barang (produk) dan efisiensi proses produksi. Mekanisme marketing yang
terjadi yakni secara transaksional dan paradigma yang berkembang adalah
bagaimana suatu perusahaan dapat menjual produk mereka.
Seiring majunya zaman, jumlah perusahaan berkembang
pesat. Jumlah barang dan jasa yang dihasilkan produsen pun lebih besar
dibandingkan dengan jumlah permintaan. Akibatnya perusahaan bersaing untuk
memperebutkan konsumen. Orientasi marketing bergeser dari inward looking menjadi
outward looking. Dalam orientasi ini, perusahan tak lagi berkutat pada
produknya. Namun mereka harus bergerak ke luar lapangan mengetahui keadaan
pasar. Tidak hanya untuk menarik konsumen tetapi juga untuk mengetahui hal-hal
yang dilakukan pesaing (kompetitor). Kemudian mekanisme marketingnya pun ikut
bergeser dari tranaksional ke relasional. Perusahaan sadar dalam situasi yang
demikian ini biaya yang dibutuhkan untuk menarik konsumen baru lebih besar.
Oleh karena itu marketing relasional bertujuan untuk lebih mempertahankan konsumen
yang sudah ada (sambil mencari konsumen baru) dengan memberikan kepuasan untuk
membentuk loyalitas terhadap produk yang dihasilkan.
jadi dalam Pemilihan Kepala Daerah Gubernur Sumatera Utara, para kandidat harus memikirkan marketing apa yang akan dia gunakan untuk bisa memenangkan hati rakyat. jangan sampe marketing yang digunakan "dibajak" kontestan lain. jangan hanya membuat kampanye hanya sekedar membagi uang atau barang dengan harapan dipilih masyarakat.
tidak bisa hanya sekedar mengumpulkan massa karena belum tentu massa yang dikumpulkan pasti memilih dirinya.
Bethel Ginting S.Sos
Alumni Departemen Ilmu Politik FISIP USU
[1]
http://www.bath.ac.uk/management/research/pdf/2004-01.pdf
[2]
http://www.springerlink.com/content/q68926523ww0888w/fulltext.pdf
[3]
http://www.astosubroto.com/?p=121
Tidak ada komentar:
Posting Komentar