Senin, 09 April 2012

Mencari Format Marketing Politik Dalam Pilkada Gubsu 2013


Tahun 2013  akan diwarnai dengan momen yang penting bagi masyarakat Sumatera Utara, yaitu pemilihan Kepala Daerah Gubernur Sumatera Utara. Partai-partai politik (parpol) saling bersaing mengusung  masing-masing  calon agar bisa menembus kursi Gubernur . Tak ayal, fungsi pemasaran sangat mereka butuhkan, dalam hal ini pemasaran politik (political marketing).

Iklim demokrasi yang berkembang di Indonesia semenjak era reformasi telah membuka kesempatan bagi berbagai partai politik untuk berkembang. Praktek politik di Indonesia sendiri telah berkembang sedemikian pesat dengan memanfaatkan aplikasi berbagai disiplin ilmu manajemen seperti marketing. Hal ini didorong oleh heterogennya masyarakat Indonesia serta meningkatnya taraf ekonomi dan pendidikan masyarakat yang membuat partai politik harus mengaplikasikan berbagai praktek marketing untuk dapat bersentuhan dengan masyarakat.
Dari beberapa penelitian yang sudah dilakukan dalam skala internasional yang diantaranya; penelitian yang dilakukan Stephan C. M. Henneberg (2004) adalah bahasan marketing politik yang lebih mengupas tentang teori.[1] Kemudian Avraham Shama (1976) melakukan penelitian marketing politik yang lebih mengacu pada bahasan tentang pemasaran kandidat politik.[2] Begitupun dengan penelitian yang dilakukan dalam skala nasional, Asto S. Subroto (2008) melakukan penelitian dengan poin bahasan tentang komunikasi efektif dalam marketing politik, yang dilakukan oleh kandidat caleg pada saat melakukan kampanye dalam pemilu legislatif.[3]
Contoh penerapan marketing yang paling nyata di Indonesia adalah positioning dalam kampanye politik. Mengingat keberagaman masyarakat Indonesia, maka positioning seorang kandidat ataupun parpol harus dilakukan secara berbeda untuk setiap segmen masyarakat yang berbeda. Pemahaman profil pemilih atau calon pemilih di suatu wilayah menjadi sebuah keharusan bagi parpol untuk bisa sukses. Pesan-pesan politik yang diangkat di satu wilayah harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi wilayah tersebut yang bisa jadi berbeda dengan pesan yang diangkat di wilayah yang lain. Banyak hal yang dapat mendukung kesuksesan kampanye politik di Indonesia, diantaranya adalah popularitas dari seorang kandidat seperti artis yang terbukti cukup efektif sebagai pendongkrak suara.
Pilkada Gubernur Sumatera Utara ini akan diwarnai dengan momen yang penting bagi segenap masyarakat Sumatera Utara . Partai-partai politik (parpol) saling bersaing mengusung calon  kepala daerah masing-masing agar bisa orang nomor satu di Sumatera Utara . Tak ayal, fungsi pemasaran sangat mereka butuhkan, dalam hal ini pemasaran politik (political marketing). 
Untuk mendukung strateginya, parpol harus melakukan serangkaian langkah yang lazim dalam pemasaran bisnis dan tidak terpisahkan, yaitu segmentation, targeting, dan positioning. Sebagai fokus, positioning merupakan upaya untuk membangun citra produk sehingga tampak sangat jelas (distinct) di benak konsumen. Positioning yang sukses dibangun dengan menawarkan manfaat (benefit) produk, alih-alih fiturnya, dan mengomunikasikan unique selling proposition (USP) dari produk. Tugas bagi parpol kemudian adalah  mengidentifikasi manfaat dan USP-nya. Permasalahannya, kehadiran begitu banyak jumlah parpol, caleg, membuat banyak calon pemilih kebingungan dalam memutuskan sosok-sosok yang akan dipilih dalam pemilu kelak. Bagaimanapun juga, calon pemilih memiliki persepsinya sendiri-sendiri terhadap barangan dagangan yang dijajakan oleh para parpol, caleg, dan capres. Dalam hal citra partai dan pemimpin partainya,
 
Aktivitas Marketing  dalam partai politik meliputi beberapa hal, sebagai berikut[1]:
1.      Mendefinisikan masalah
Dalam tahapan ini, Marketing harus melakukan penentuan masalah dan pencarian fakta-fakta yang tengah tejadi:
a)    Produk politik apa yang akan ditawarkan
b)   Apa daya tariknya bagi khalayak sebagai pemilih
c)    Segmen-segmen apa saja yang akan dituju
d)   Bagaiman penyampaian produk tersebut secara efektif kepada khalayak/pemilih
e)    Kapan dan dimana akan diperkenalakan, apa keunggulan dibandingkan pesain, dimana saja pemilih dapat diraih, dan faktor-faktor lingkungan apa yang menguntungkan dan merugikan.
2.      Perencanaan dan programming
Setelah melakukan tahapan penentuan masalah dan pencarian fakta, maka yang harus dilakukan selanjutnya:
a.    Pencapaian apa yang diinginkan
b.    Bagaimana  tujuan aktivitas Public Relations dapat mendukung sarana objektif marketing
c.    Khalayak mana yang menjadi sasaran
d.    Apa yang diketahui dan ingin diketahui tentang mereka
e.    Bagaiman cara berkomunikasi dengan mereka
f.      Apa yang dikehendaki dari mereka
g.    Bagaiman cara membujuk mereka
h.    Apa pesan umum dari strategi yang ingin dijalankan
3.      Penerapan dan pengkomunikasian
Tahapan berikutnya yang harus dilakukan adalah bagaimana melakukannya:
a.    Elemen-elemen program apa yang dilakukan untuk meraih setiap kelompok sasaran pasar
b.    Bagaimana elemen-elemen tersebut diimplementasikan
c.     Materi-materi apa yang dibutuhkan
d.   Bagaimana rencana medianya, schedule waktunya, dan pembiayaannya
e.    Siapa yang bertanggungjawab dalam pelaksanaan
f.     Apakah perlu merekrut tenaga profesional dan bagaiman merekrutnya
4.       Evaluasi program
Tahapan final adalah evaluasi program, yaitu bagaimana efektifitas dari program yang dikerjakan
a)    Sejauh mana sasaran yang dicapai
b)    Apakah perlu dan sempat merubah program
c)     Bagaimana masukan untuk masa mendatang
 
Secara tradisional konsep dan teori marketing digunakan oleh suatu perusahaan untuk menjual barang dan jasa demi memperoleh keuntungan. Tujuan utamanya adalah agar barang dan jasa lebih unggul dan kompetitif dibandingkan dengan para pesaingnya13. Sehingga semua peralatan, metode dan teori yang terdapat dalam ilmu marketing diarahkan untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam keadaan ini, jumlah barang yang dihasilkan di pasaran belum mampu memenuhi permintaan. Sehingga aktivitas marketingnya diorientasikan ke dalam perusahaan (in-ward looking) yakni pada kualitas fisik barang (produk) dan efisiensi proses produksi. Mekanisme marketing yang terjadi yakni secara transaksional dan paradigma yang berkembang adalah bagaimana suatu perusahaan dapat menjual produk mereka.
Seiring majunya zaman, jumlah perusahaan berkembang pesat. Jumlah barang dan jasa yang dihasilkan produsen pun lebih besar dibandingkan dengan jumlah permintaan. Akibatnya perusahaan bersaing untuk memperebutkan konsumen. Orientasi marketing bergeser dari inward looking menjadi outward looking. Dalam orientasi ini, perusahan tak lagi berkutat pada produknya. Namun mereka harus bergerak ke luar lapangan mengetahui keadaan pasar. Tidak hanya untuk menarik konsumen tetapi juga untuk mengetahui hal-hal yang dilakukan pesaing (kompetitor). Kemudian mekanisme marketingnya pun ikut bergeser dari tranaksional ke relasional. Perusahaan sadar dalam situasi yang demikian ini biaya yang dibutuhkan untuk menarik konsumen baru lebih besar. Oleh karena itu marketing relasional bertujuan untuk lebih mempertahankan konsumen yang sudah ada (sambil mencari konsumen baru) dengan memberikan kepuasan untuk membentuk loyalitas terhadap produk yang dihasilkan.  
jadi dalam Pemilihan Kepala Daerah Gubernur Sumatera Utara, para kandidat harus memikirkan marketing apa yang akan dia gunakan untuk bisa memenangkan hati rakyat. jangan sampe marketing yang digunakan "dibajak" kontestan lain. jangan hanya membuat kampanye hanya sekedar membagi uang atau barang dengan harapan dipilih masyarakat.
tidak bisa hanya sekedar mengumpulkan massa karena belum tentu massa yang dikumpulkan pasti memilih dirinya.

Bethel Ginting S.Sos
Alumni Departemen Ilmu Politik FISIP USU



[1] http://www.cybertokoh.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=4128

 


[1] http://www.bath.ac.uk/management/research/pdf/2004-01.pdf
[2] http://www.springerlink.com/content/q68926523ww0888w/fulltext.pdf
[3] http://www.astosubroto.com/?p=121

Tidak ada komentar:

Posting Komentar